Section 11
PENGAJARAN KOSAKATA
Pengantar
Di masa lampau, pengajaran dan pelajaran kosakata sering diberikan
sedikit prioritas dalam program bahasa kedua, tapi akhir-akhir ini sudah ada
kepentingan baru dalam hal kosakata dan peranannya dalam pelajaran dan
pengajaran. Secara tradisional, pelajaran kosakata sering dibiarkan untuk dicaritahu sendiri.
Dan hanya menerima sedikit perhatian dalam banyak buku teks dan program bahasa.
Namun demikian, meskipun tujuan
kurikulum seringkali cukup spesifik mengenai aspek pengajaran seperti
tatabahasa, membaca, atau berbicara, sedikit perincian diberikan untuk peranan kosakata.
Status kosakata sekarang sepertinya berubah. Untuk satu hal, gagasan mengenai
sebuah kata telah “diperluas” mencakup frasa leksikal dan kebiasaan
sehari-hari, dan telah disarankan bahwa tahapan awal mempelajarinya memainkan
peranan penting dalam komunikasi dan kemahiran.
Lebih lanjut,
akses terhadap korpora leksikal telah memungkinkan lingustik terapan untuk
mengidentifikasi pola umum kolokasi, pembentukan kata, metaphor, dan frasa
leksikal yang merupakan bagian dari kecakapan leksikal pembicara. Tulisan dalam
bab ini membahas peranan kosakata dalam pengajaran dan pelajaran.
Kosakata merupakan komponen inti
kecakapan bahasa dan memberikan dasar seberapa cakap pelajar berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis. Tanpa banyaknya kosakata yang dikuasai dan
tanpa strategi pemerolehan kosakata baru, pelajar seringkali hanya sedikit
sekali memperoleh dibandingkan dengan
potensi yang mereka miliki. Dan pelajar
juga takut menggunakan kesempatan belajar bahasa di sekitar mereka seperti
mendengarkan radio, mendengarkan penutur asli, menggunakan bahasa untuk konteks
yang berbeda, membaca, atau menonton televisi. Penelitian pada kosakata dalam
beberapa tahun ini telah berhasil menjelaskan tingkat tingkat pelajaran
kosakata yang diperlukan pelajar agar dapat membaca material yang
disederhanakan ataupun yang tidak disederhanakan dan untuk memproses teks lisan
dan tulis yang beragam, juga jenis strategi yang digunakan pelajar dalam
memahami, menggunakan, dan mengingat kata.
Hunt dan Beglar membahas tiga
pendekatan pengajaran dan pelajaran kosakata: pelajaran incidental (yaitu pelajaran
kosakata sebagai produk hasil melakukan hal lain seperti membaca atau mendengarkan),
instruksi eksplisit, dan pengembangan strategi independen. Sumber utama pelajaran
incidental adalah bacaan yang luas, yang dianjurkan Hunt dan Beglar sebagai
aktifitas di luar kelas yang teratur. Instruksi eksplisit tergantung pada
mengidentifikasi target pemerolehan
kosakata khusus bagi pelajar. Sekarang telah ada informasi mengenai target apa
yang seharusnya dicapai pelajar pada tingkat kecakapan yang berbeda. Contohnya,
target 4,500 kata diidentifikasikan
dalam Lesikon Bahasa Inggris Cambridge
(Hindmarxh, 1980), sebuah inti kosakata untuk pelajar bahasa kedua dalam
konteks EFL. Tambahan 3000 sampai 5000 kata disarankan bagi pelajar yang
melanjutkan ke studi pendidikan
tersier. Kata – kata ini mungkin harus diajarkan secara langsung. Hunt dan Beglar membahas teknik yang dapat
digunakan untuk tujuan ini. Lebih lagi, pelajar perlu diajarkan strategi untuk
menebak kata dari konteks juga strategi
lain yang yang dapat membantu mereka
menguasai makna kata yang telah mereka hadapi. Hunt dann Beglar
merekomendasikan satu kombinasi dari tiga pendekatan – tidak langsung,
lalngsung, dan strategi pelatihan – sebagai dasar program kosakata.
Nation mengusulkan satu pendekatan yang sistematik
dibandingkan dengan pendekatan insidental terhadap pengajaran kosakata. Dia
berargumen bahwa fokus yang demikian merupakan bagian penting rangkaian
pelajaran bahasa. Dia menyampaikan batasan pelajaran insidental dan fakta bahwa
pelajar bahasa kedua seringkali tidak diuntungkan dari permerolehan kosakata
insidental melalui membaca karena
batasan pada pengetahuan kosakata mereka. Nation mengilustrasikan
sejumlah strategi untuk membangun fokus pada kosakata sebatai bagian dari
rencangan tugas komunikatif dan berargumen bahwa instruksi kosakata harus
diintegrasikan ke dalam komponen program bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
.
CHAPTER 24 PENELITIAN
dan PRAKTEK MUTAKHIR dalam PENGAJARAN KOSAKATA
Alan Hunt dan David Beglar
Kata Pengantar
Tujuan artikel
ini adalah untuk memberikan kerangka sistematis untuk pengembangan kosakata
dengan menggabungkan tiga pendekatan terhadap instruksi dan pelajaran kosakata
(dimodifikasi dari Ciady, 1997a; Hulstijn, Hollander, & Greidanus, 1996).
Ketiga pendekatan ini – pendekatan pelajaran insidental, instruksi eksplisit,
dan pengembangan strategi
independen dihadirkan di artikel
ini sebagai tujuh prinsip pengajaran. Pelajaran insidental kosakata menuntut
guru memberikan kesempatan untuk membaca dan mendengarkan yang ekstensif.
Instruksi eksplisit melibatkan diagnosis kata kata yang perlu diketahui pelajar,
mempresentasikan kata tersebut untuk pertama kalinya, mengelaborasikan
pengetahuan kata, dan membangun kefasihan dengan kata kata yang sudah dikenal.
Akhirnya, pengembangan strategi independen melibatkan praktek menebak dari
konteks dan melatih pelajar menggunakan kamus.
Meskipun semua pendekatan
dan prinsip ini memiliki peranan dalam
instruksi kosakata, tingkat kefasihan pelajar dan situasi pelajaran harus dipertimbangkan ketika memutuskan
penekanan relative untuk ditempatkkan pada setiap pendekatan. Secara umum,
menekankan instruksi eksplisit mungkin sangat baik untuk siswa tingkat pemula
dan tingkat menengah yang memiliki kosakata yang terbatas. Di sisi lain,
membaca dan mendengarkan yang ekstensif mungkin menerima lebih perhatian untuk
siswa tingkat menengah dan tingkat mahir yang lebih cakap. Juga, karena
keuntungannya yang segera, pelatihan kamus harusnya dimulai di awal kurikulum.
Sebelum meneruskan, penting
untuk menjelaskan definisi sebuah kata. Dalam artikel ini, sebuah kata (juga
disebut kata dasar atau keluarga kata) didefinisikan sebagai bentuk dasar
(contoh, make) dan imbuhan serta turunannya (contoh, makes, made, making,
maker, dan makers). Karena makna dari bentuk kata berbeda ini berhubungan
dekat, dianggap bahwa hanya sedikit usaha ekstra yang diperlukan untuk mempelajarinya (Read, 1988). Selagi ini
mungkin benar, sebuah studi terhadap siswa Jepang menunjukan bahwa mereka tidak
mengetahui banyak imbuhan dan akhiran turunan untuk kata kerja bahasa Inggris.
(Schmitt & Meara, 1977). Oleh karenanya, bentuk ini harus diajarkan.
Meskipun definisi kata ini tepat dan biasanya digunakan dalam
penelitian kosakata, haruslah diingat bahwa pelajaran kosakata lebih daripada pelajaran
kata kata individual. Nattinger dan De Carrio (1992) telah mengamati bahwa sejumlah signifikan bahasa Inggris
dibentuk oleh frasa leksikal, yang
berjajar dari frasa kerja (dua atau tiga kata) ke ekspresi institusional yang
lebih panjang (Lewis, 1993, 1997). Karena frasa leksikal sering dipelajari
sebagai satu unit tersendiri, penulis yakin bahwa prinsip di bawah ini berlaku
pada mereka juga pada kata kata individual.
PELAJARAN INSIDENTAL
PRINSIP I: MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK PELAJARAN
INSIDENTAL KOSAKATA
Pada akhirnya, kebanyakan kata
baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua dipelajari secara insidental,
melalui membaca dan mendengar yang ekstensif (Nagy, Herman, & Anderson,
1985). Beberapa penelitian telah menegaskan bahwa pelajaran insidental kosakata
bahasa kedua melalui membaca memang terjadi ( Chun & Plass, 1996; Day,
Omura, & Hiramatsu, 1991; Hulstijn, Hollander, YGreidanus, 1996; Knight,
1994; Zimmerman, 1997). Meskipun kebanyakan penelitian berkonsentrasi pada
membaca, mendengarkan ekstensif dapat juga meningkatkan pembelajaan kosakata
(Elley, 1989). Nagy, Herman, dan Anderson (1985) menyimpulkan bahwa (untuk penutur asli bahasa Inggris) belajar
kosakata dari konteks merupakan proses yang bertahap, mengkalkulasi bahwa, dengan
memberikan ekspose kepada sebuah kata yang tidak familiar, ada sekitar 10 %
kesempatan pelajaran maknanya dari konteks. Serupa dengan itu, pelajar bahasa
kedua dapat di harapkan membutuhkan banyak ekspose terhadap sebuah kata dalam konteks sebelum memahami maknanya.
Pelajaran insidental kosakata
melalui membaca secara ekstensif dapat menguntungkan kurikula bahasa dan pelajar
di segala tingkatan (Woodinsky & Nation, 1988). Menurut Coady (1997b), peranan
penilaian pembaca (yang disederhanakan) adalah untuk membangun
kosakata dan struktur pelajar hingga mereka dapat dibagi –bagi ke dalam materi
yang lebih autentik. Pelajar dengan kecakapan rendah dapat mengambil manfaat
dari pembaca yang diperingkat karena mereka akan berulangkali diekspose kosakata dengan frekuensi
tinggi. Banyak siswa mungkin tidak pernah
melakukan membaca secara ekstensif untuk kesenangan sendiri, jadi
mungkin berguna untuk menyediakan waktu kelas untuk bacaan dalam hati yang terus menerus(SSR)
(Pilgreen & Krashen, 1993). Saat siswa mengembangkan kemampuan untuk
membaca dengan gaya yang terus menerus , kemudian kebanyakan bacaan harus
dilakukan di luar kelas.
INSTRUKSI EKSPLISIT
PRINSIP 2: MENDIAGNOSA
MANA DIANTARA 3 000 KATA YANG PERLU DIPELAJARI PELAJAR
Penting untuk
mengetahui sekitar 3000 kata frekuensi tinggi dan kata akademis umum karena
jumlah ini meliputi persentase tinggi kata –kata dalam setiap rata-rata
halaman. 2000 kata frekuensi tinggi
dalam Daftar Layanan Umum (GSL) West meliputi 87 %
rata-rata teks nonakademis. (Nation, 1990) dan 80% rata-rata teks
akademis (P. Nation, and Nation’s (1984) “University Word List” melaporkan
sekitar 8% teks akademis. Bagi pelajar
bahasa kedua yang memasuki universitas, Laufer (1992) menemukan bahwa
pengetahuan minimum mengenai 3000 kata dibutuhkan untuk bacaan yang efektif di
tingkat universitas, Mengingat
mengetahui 5000 kata mungkin sekali mengindikasikan keberhasilan akademis. Satu
cara untuk menilai ukuran kosakata
adalah menggunakan Test Tingkat Kosakata Nation atau test daftar nama yang
menuntut pelajar menantai kata-kata dalam daftar yang mereka yakin mereka tahu
(untuk informasi pada test daftar nama, lihat Read, 1998; Mears, 1992, 1996).
PRINSIP 3: MEMBERIKAN
KESEMPATAN UNTUK PELAJARAN KOSAKATA YANG DISENGAJA (INTENSIONAL)
Pelajaran kosakata
insidental pada akhirnya menghasilkan
kosakata pelajar tingkat mahir;
namun demikian, pelajaran intensional melalui instruksi juga berkontribusi
penting terhadap pengembangan kosakata. (Nation, 1990; Paribakht & Wesche,
1996; Zimmerman, 1997). Instruksi
eksplisit penting bagi siswa pemula yang kekurangan kosakatanya membatasi
kemampuan membaca. Coady (1997b) menyebut hal ini paradox pemula. Dia heran
bagaimana siswa pemula dapat “belajar
cukup kata-kata untuk mempelajari kosakata melalui bacaan yang ekstensif
ketika mereka tidak mengetahui cukup kata untuk membaca dengan baik” (p.299).
Solusinya adalah untuk melengkapi bacaan ekstensif siswa engan 3000 kata yang
paling sering muncul hingga bentuk dan makna kata dapat dikenali secara
otomatis (disebut “pengelihatan kosakata”). Tahapan awal dalam mengajar 3000
kata in biasanya dimulai dengan pasangan kata dimana kata bahasa kedua dicocokkan
dengan terjemahan bahasa pertama.
Penerjemahan memiliki
peranan penting dan berguna dalam pelajaran bahasa kedua, tapi penerjemahan
juga dapat merintangi kemajuan pelajar jika digunakan keluar dari teknik dasar
bahasa kedua. Prince (1996) menemukan bahwa kedua pelajar “mahir” dan “lebih
lemah” dapat mengingat kembali kata-kata baru yang telah dipelajari menggunakan
penerjemahan bahasa kesatu daripada menggunakan konteks bahasa kedua. Namun
demikian, pelajar “lebih lemah” memiliki sedikit kemampuan untuk mentransfer
pengetahuan yang dipelajari dari penerjemahan ke konteks bahasa kedua. Prince
mengklaim bahwa pelajar yang lebih lemah membutuhkan lebih waktu ketika
menggunakan konteks bahasa kedua karena mereka
hanya sedikit mengembangkan jaringan bahasa kedua dan mereka lebih
lambat untuk menggunakan informasi sintaksis. Untuk mencegah pelajar dari
terlalu bersandar pada penerjemahan, dia menyarankan agar guru berbincang
dengan mereka mengenai harapan mereka terhadap pelajaran bahasa dan “ kesalahan
strategi dengan usaha minim seperti penerjemahan” (p. 489). Lebih lagi,
penerjemahan perlu diikuti dengan latihan lain yang didasarkan pada bahasa
kedua dan pelajaran strategi (lihat prinsip 4 sampai 7).
Daftar kosakata dapat
menjadi cara efektif untuk mempelajari dengan cepat penerjemahan pasangan kata
(Nation, 1990). Namun demikian, lebih efektif untuk menggunakan kartu kosakata
sehingga pelajar dapat mengontrol susunan yang dengannya mereka mempelajari
kata-kata (Atkinson, 1972). Juga, informasi tambahan dapat ditambahkan ke kartu-kartu tersebut.
Ketika mengajarkan kosakata yang tidak familiar, guru dapat mempertimbangkan
hal –hal berikut:
1.
Pelajar perlu
melakukan lebih dari sekedar melihat bentuk saja (Channerll, 1998). Mereka
perlu mendengar pelafalan dan juga berlatih melafalkannya dengan lantang (Ellis
& Beaton, 1993; Fay & Cutler, 1977; Siebert, 1927). Struktur suku kaa
dan pola tekanan kata juga penting karena mereka adalah dua cara yang mana
kata-kata disimpan dalam ingatan (Fay & Cutler, 1997).
2.
Dimulai
dengan mempelajari secara semantis kata-kata yang tidak berhubungan. Juga
hindari mempelajari kata dengan bentuk
yang serupa (Nation, 1990) dan makna yang berhubungan dekat pada waktu yang
bersamaan(Higa, 1963; Tinkham, 1993). Contohnya, karena affect dan effect memiliki bentuk yang serupa,
mempelajari mereka secara simultan sangat memungkinkan menyebabkan kebingungan.
Juga, buku kosakata bilingual sering secara sederhana mendaftar kata-kata dalam
susunan alfabetis, meningkatkan kemungkinan kata-kata yang membingungkan yang
dimulai dengan suku kata yang sama. Demikian juga dengan kata-kata yang
berasosiasi serupa, berlawanan, atau dekat.
3.
Lebih efektif
untuk mempelajari kata-kata secara teratur melalui beberapa pembahasan jangka
pendek daripada mempelajarinya melalui satu atau dua pembahasan yang lebih
panjang. Karena kebanyakan kasus lupa muncul dengan segera setelah ekspose awal
terhadap kata tersebut (Pimsleur, 1967), pengulangan dan tinjauan harus segera
berlangsung setelah mempelajari sebuah kata untuk pertamakalinya.
4.
Pelajari lima
hingga tujuh kata pada waktu yang bersamaan, bagi sejumlah esar kata menjadi
kelompok yang lebih kecil. Selagi pelajar meninjau lima sampai tujuh kartu ini,
mereka akan lebih cepat medapatkan ekspose yang berulang terhadap kata-kata
tersebut daripada ketika kelompok kata yang lebih besar (dua puluh sampai tiga
puluh kata) dipelajari.
5.
Gunakan
aktifitas seperti teknik kata kunci untuk meningkatkan proses mental yang lebih
dalam dan ingatan yang lebih baik (Craik & Lockhart, 1972). Mengasosiasikan
gambaran visual dengan kata membantu pelajar mengingat kata.
6.
Keanekaragaman
informasi bahasa kedua dapat ditambahkan ke kartu-kartu tersebut untuk
elaborasi yang lebih lanjut. Kata-kata baru yang dijumpai dapat secara sadar diasosiasikan
dengan kata-kata lain bahasa kedua yang sudah diketahui pelajar (Prince,
1996), dan kata ini dapat ditambahkan ke
kartu. Contoh kalimat, jenis kata, definisi, dan gambar kata kunci juga dapat
ditambahkan (lihat Schmitt & Schmitt, 1995).
PRINSIP 4: MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK
MENGELABORASIKAN PENGETAHUAN KATA
Prince (1996) menyatakan bahwa mengetahui dengan sederhana
penerjemahan dari bahasa kedua tidak “Menjamin bahwa mereka akan sukses
mengakses untuk penggunaan dalam konteks bahasa kedua” (p.488), karena
mengetahui makna kata berarti mengetahui lebih dari makna terjemahan atau sinonim bahasa keduanya. Menarik daftar
Richard (1976), nation (1994) mengidentifikasikan beragam aspek pengetahuan
kata seperti mengetahui pola gramatika yang berhubungan, imbuhan, set leksikal
khusus, asosiasi yang berhubungan, bagaimana menggunakan kata secara reseptif
dan produktif, dan lain-lain. Pengetahuan reseptif berarti mampu mengenali satu
dari aspek-aspek pengetahuan melalui
membaca dan mendengarkan, dan pengetahuan produktif berarti mampu
menggunakannya dalam berbicara dan menulis. Guru harus selektif ketika
memutuskan kata-kata mana yang
memerlukan reseptif yang lebih dalam dan atau latihan produktif, juga jenis
pengetahuan mana yang akan paling berguna
untuk siswa mereka. Banyak di antara dua ribu kata yang berfrekuensi
tinggi dari GSL atau daftar lain yang dapat menjadi kandidat yang baik untuk
latihan yang mengelaborasikan baik pengetahuan reseptif dan produktif.
Elaborasi melibatkan perluasan koneksi antara apa yang telah diketahui pelajar dan
informasi baru. Satu cara untuk melakuknan ini adalah untuk memilih kata-kata
bahasa kedua dari konteks dan untuk
menjelaskan hubungan merfeka terhadap kata
baru saja dipelajari. (Prince,
1996). Sebagai tambahan untuk menghadirkan informasi baru ini, guru harus
menciptakan kesempatan untuk membuat ini berguna, kata-kata yang baru dipelajari di konteks
yang baru yang menyediakan kolokasi dan asosiasi yang baru (Nation, 1994). Latihan
yang dapat memperdalam pengetahuan siswa mengenai kata meliputi hal berikut:
penyortiran daftar kata dan memutuskan
kategori; membuat peta semantis dengan daftar yang diberikan guru atau
dihasilkan oleh pelajar; membangkitkan kata turunan, infleksi, sinonim, dan
antonim kata; membuat pohon yang menunjukkan hubungan antara superordinate,
kordinat, dan contoh khusus; mengidentifikasikan atau membangkitkan kata-kata yang
berasosiasi; menggabungkan frasa dari beberapa lajur; membandingkan bagian
kolokasi dengan menggunakan dua lajur;
menyelesaikan aktifitas cloze; dan memainkan teka-teki silangkata kolokasi atau bingo (lihat Lewis,
1993; McCarthy & O’Dell, 1994; Nation, 1994; Redman & Ellis, 1990).
PRINSIP 5: MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEFASIHAN DENGAN KOSAKATA YANG
SUDAH DIKENAL
Aktifitas membangun kefasihan
mendaur ulang kata-kata yang sudah dikenal ke dalam gramatikal yang familiar
dan pola organizational sehingga siswa dapat fokus pada mengenali atau
menggunakan kata-kata tanpa ragu. Sebagaimana yang Nation (1994) sampaikan,
membangun kefasihan “sebagian besar bersamaan waktu dengan membangun keahlian
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis” (p.208), jadi memberikan banyak
kesempatan kepada para pembelajar untuk melatih keahlian-keahlian ini sangatlah pentiing.
Kefasihan sebagian tergantung
pada mengembangkan peninjauan kosakata melalui bacaan yang ekstensif dan
pembelajaran kosakata frekuensi tinggi.
Latihan kefasihan mencakup bacaan yang diperhitungkan dan cepat. Dalam bacaan
yang diperhitungkan, pembelajar dapat mencoba meningkatkan kecepatan mereka
dengan menggeser kartu berukuran 3 X 5 atau membaca ke arah bawah selembar
kertas untuk meningkatkan kecepatan mereka selagi berusaha untuk memahami 80%
bagian halaman. Juga, pembelajar perlu
diberikan latihan dalam mencari kelompok kata daripada mencari masing – masing
kata individual ketika membaca. Guru dapat meminta pembelajar untuk berlatih
membaca cepat halaman yang telah dibaca
sebelumnya. Dalam membaca cepat, guru menentukan waktu dan mendorong pembelajar
untuk membaca lebih cepat. Salah satu
jenis membaca berulang adalah “membaca sprint” di mana pembelajar membaca
buku bacaan yang mereka senangi selama 5
menit dan menghitung jumlah halaman yang telah mereka baca. Lalu mereka mencoba
membaca jumlah halaman yang sama selagi waktu yang mereka miliki untuk membaca
dikurangi dari 5 menit mejadi 4 sampai 3 sampai 2 menit untuk setiap sprint.
Akhirnya, mereka mebaca selama lima menit lagi pada kecepatan santai dan
menghitung jumlah halaman yang telah mereka selesaikan (Mikulecky &
Jeffries, 1996).
PENGEMBANGAN STRATEGI
INDEPENDEN
PRINSIP 6: EKSPERIMEN
DENGAN MENEBAK DARI KONTEKS
Menebak dari konteks merupakan strategi yang seringkali
kompleks dan sulit untuk dapat dilaksanakan dengan sukses. Agar dapat menebak
dari konteks, pelajar perlu mengetahui 19 dari 20 kata (95 %) dari teks , yang
membutuhkan pengetahuan 3000 kata yang paling sering digunakan (Liu &
Nation, 1985; Nation, 1990). Bahkan jika pelajar mengetahui kata-kata ini,
namun demikian, Kelly (1990) menyimpulkan bahwa “kecuali konteksnya sangat
terbatas, yang sebenarnya merupakan
sesuatu hal yang muncul relatif langka, atau kecuali ada hubungan dengan
kata yang dikenal yang dapat diidentifikasi pada dasr bentuk dan didukung oleh
konteks barulah ada kemungkinan kecil untuk dapat menebak makna yang tepat” (p.
203). Dia juga menyatakan bahwa, karena menebak
dari konteks gagal mengarahkan perhatian
terhadap bentuk dan makna kata, hanya terjadi pelajaran yang relatif sedikit.
Meskipun strategi ini
seringkali mungkin tidak berakibat diperolehnya pemahaman penuh mengenai makna
dan bentuk kata, menebak dari konteks masih tetap berkontribusi terhadap
pelajaran kosakata. Apa yang dipelajari dan tidak dipelajari sebagian
tergantung pada kesulitan teks juga tingkat pelajar itu sendiri. Pelajar yang lebih cakap yang menggunakan
teks yang tidak terlalu sulit dapat diharapkan untuk menggunakan strategi ini
lebih efektif daripada pelajar dengan tingkat kecakapan yang rendah. Haruslah
diingat bahwa mempelajari kosakata berati juga mempelajari kolokasi, asosiasi,
dan pola gramatikal lain yang berhubungan juga makna. Oleh karena itu, jika hal
ini dilatih secara teratur, strategi ini dapat berkontribusi terhadap
pengetahuan kata yang lebih dalam bagi pelajar tingkat lanjut selama mereka
memperhatikan kata dan konteksnya.
Namun demikian, terus
dihadapkan pada debat yang terus menerus mengenai keefektifan menebak kata dari
konteks, guru dan pelajar harus bereksperimen
dengan strategi ini dan membandingkannya dengan pelatihan kamus. Menebak
dari konteks pada awalnya memakan banyak waktu dan sepertinya lebih cocok bagi
pelajar yang lebih mahir. Prosedur untuk menebak dari konteks dimulai dengan
menentukan apakah kata itu cukup penting (contoh., bagian dari ide penting
dan/atau sering diulang) untuk menjamin agar dapat melalui langkah yang lebih
lanjut. Keputusan ini sendiri merupakan
keahlian yang membutuhkan latihan dan pengalaman. Guru dapat membantu pelajar
dengan menandai kata-kata yang harus diduga oleh pelajar sebelum menggunakan
sumber lain, juga dengan memberikan terjemahan (Hulstijn, Hollander, &
Greidanus, 1996). Segera setelah pelajar memutuskan bahwa kata itu bermanfaat
untuk ditebak, mereka bisa mengikuti prosedur lima langkah sebagaimana yang
dianjurkan Nation dan Coady (1998, pp. 104-150):
1.
Menentukan
jenis kata dari kata yang tidak dikenal.
2.
Memperhatikan
konteks dengan segera dan menyederhanakannya jika dibutuhkan.
3.
Memperhatikan
pada konteks yang lebih luas. Ini membutuhkan memeriksa klausa dengan kata yang
tidak dikenal dan hubunagnnya dengan klausa dan kalimat sekitar.
4.
Menebak makna
dari kata yang tidak dikenal.
5.
Memeriksa
apakah tebakannya tepat.
Di langkah ke 5, tebakan perlu memiliki jenis kata
yang sama dengan kata yang tidak dikenal.
Lebih lanjut, pelajar harus mencoba melihat apakah kata yang tidak
dikenal dapat dianalisa menjadi bagian-bagian (unlock menjadi un + lock) dan memeriksa apakah makna dari
bagian tersebut cocok dengan makna kata yang tidak dikenal. Akhirnya, tebakan
tersebut harus dicoba di konteks untuk melihat apakah masuk akal, dan kamus
dapat dilihat untuk mengkonfirmasi jawaban. Dalam hal tebakan yang salah atau
benar secara parsial, penting bagi pelajar untuk menganalisa kembali bagaimana
jawaban “tepat” lebih cocok untuk konteks itu. Akhirnya, Liu dan Nation (1985) menyarankan untuk melatih strategi ini sebagai tugas kelas
daripada tugas individu, dan William (1986) menyarankan bahwa hal tersebut harus didemonstrasikan di
transparansi overhead atau kapur tulis dengan melingkari kata yang tidak
diketahui dan menggambar panah dari kata-kata lain yang memberi petunjuk
terhadap maknanya.
PRINSIP 7: MEMERIKSA
JENIS KAMUS YANG BERBEDA DAN MENGAJAR SISWA BAGAIMANA MENGGUNAKANNYA.
Kamus bilingual telah disusun untuk membantu pembelajaran kosakata (Knight,
1994; Luppescu & Day, 1993). Hulstijn, Hollander, dan Greidanus (1996)
menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan
pembelajaran insidental, ekspose berulang terhadap kata-kata yang digabungkan
dengan sedikit terjemahan atau penggunaan kamus bilingual mengarah pada
peningkatan pembelajaran bagi pelajar lanjut.
Penelitian Luppescu dan Day (1993) terhadap pelajar Jepang melaporkan bahwa kamus bilingual benar
menghasilkan pembelajaran kosakata, kecuali kata-kata yang tidak familiar
memiliki banyak entri yang mana kamus
mungkin membingungkan pelajar. Akhirnya, kamus bilingual mungkin lebih banyak
membantu pelajar dengan tingkat kemahiran rendah dalam pemahaman bacaan karena
kekurangan penguasaan kosakata mereka dapat menjadi faktor penting ketidakmampuan mereka dalam membaca (Knight,
1994).
Kamus yang
dibilingualkan memiliki beberapa manfaat lebih dibandingkan dengan kamus
bilingual tradisional atau kamus
monolingual. Kamus bilingual secara
utama melakukan pekerjaan baik kamus bilingual dan kamus monolingual.
Sementara kamus bilingual hanya
memberikan sinonim bahasa pertama saja, kamus yang dibilingualkan memberikan
definisi bahasa kedua, contoh-contoh bahasa kedua, juga sinonim bahasa
pertama. Kamus yang dibilingualkan
didapati menghasilkan pemahaman yang lebih baik terhadap kata-kata baru
dibandingkan dengan kamus bilingual atau monolingual (Laufer & Hader, 1997).
Manfaat yang lebih lanjut adalah mereka dapat digunakan di segala tingkat
pelajar: pelajar tingkat lanjut dapat berkonsentrasi pada bagian kata kepala
bahasa Inggris, dan pelajar tingkat pemula dapat menggunakan terjemahannya.
Bagi para pelajar tingkat pemula, guru mungkin dapat memeriksa kamus Longman-Mitsumura
yang dibilingualkan untuk pelajar muda Jepang (1993), yang meliputi terjemahan bahasa
jepang, definisi dan contoh. Sekarang ini, tidak kamus Collin COBUILD, Longman,
tidak pula Oxford (penerbit-penerbit dengan akses besar, database bahasa
inggris yang terupdate secara komputer) memiliki kamus yang dibilingualkan
untuk pelajar tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Kamus elektronik
dengan anotasi multimedia menawarkan lebih banyak pilihan bagi guru dan
pelajar. Penelitian Chun dan Plass
(1996) mengenai mahasiswa Universitas Amerika yang mempelajari bahasa Jerman
mendapati bahwa kata-kata yang tidak familiar sebagian besar dipelajari dengan
efisien ketika tersedia gambar dan teks bagi pelajar. Ini dapat menjadi lebih
efektif daripada teks sendiri atau
gabungan antara teks dan video, mungkin karena pelajar dapat mengontrol lama
waktu yang digunakan untuk melihat gambarnya. Hulstijn, Hollander, dan
Greidanus (1996) menyarankan bahwa, karena kata kepala yang terkomputerisasi
lebih mudah digunakan daripada kamus tradisional, siswa akan lebih mungkin
menggunakannya. Guru dapat memeriksa
kamus CD-ROM yang diterbitkan oleh Collins COBUILD, Longman, dan Oxford.
Namun demikian, tidak seperti kamus dalam penelitian Chun dan Plass, kamus
CD-ROM ini tidak menghubungkan kata kepala mereka dengan gambar visual.
Pengecualian ada pada Kamus CD-ROM
Oxford Baru yang Bergambar (1997), yang
meliputi 2,400 kata yang terilustrasi (sebagian besar kata benda nyata) dan
tersedia dalam versi bilingual.
Akhirnya, pelatihan
penggunaan kamus sangatlah penting. Sayangnya, di sebagian besar kelas, hanya
sedikit waktu yang disediakan untuk melatih penggunaan kamus (Graves, 1987;
Summers, 1988). Sebagai tambahan mempelajari simbol dan informasi apa yang
dapat dan tidak dapat ditawarkan oleh kamus, pelajar membutuhkan latihan ekstra
mengenai kata-kata dengan banyak kata kepala. Lebih lagi, pelajar perlu diajari
cara menggunakan seluruh informasi di dalam kata kepala sebelum membuat
kesimpulan mengenai makna sebuah kata (Laufer & Hader, 1997). Perhatian
pelajar juga harus diarahkan kepada nilai contoh kalimat yang baik yang
memberikan informasi kata kolokasional,
gramatikal dan pragmatis. Akhirnya, guru harus menekankan pentingnya memeriksa
konteks asli kata dengan cermat dan membandingkannya dengan kata kepala yang
dipilih, karena konteks menentukan arti kata yang digunakan.
KESIMPULAN
Mempelajari kosakata melalui pendekatan insidental, intensional, dan
independen mengharuskan guru meencanakan keanekaragaman luas aktifitas dan
latihan, Jumlah penekanan yang ditetapkan guru dan program terhadap aktivitas
yang diberikan akan bergantung pada tingkat pelajar dan tujuan pendidikan guru
dan program. Secara umum, masuk akal untuk menekankan pengajaran langsung
kosakata bagi pelajar yang masih mempelajari 3000 kata paling umum awal. Karena
kosakata pelajar bertambah luas dari segi ukuran dan kedalamannya, bacaan yang
ekstensif dan strategi independen dapat ditingkatkan untuk ditekankan. Bacaan
yang ekstensif, medengarkan, penerjemahan, elaborasi, aktifitas kefasihan,
menebak dari konteks, dan penggunaan kamus, semua memiliki peranan sistematis
dalam mengembangkan pengetahuan kosakata pelajar.
CHAPTER 25
LATIHAN TERBAIK DALAM
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KOSAKATA
Paul Nation
Kata Pengantar
Penelitian terhadap perolehan bahasa kedua dapat diiterpretasikan untuk
menunjukkan bahwa tujuan bahasa yang
seimbang harus mengandung empat untaian utama: input yang
berfokus pada makna, output yang berfokus pada makna, pengembangan
kefasihan dan instruksi yang berfokus pada bahasa. Pemasukan untaian instruksi
yang berfokus pada bahasa bukanlah reaksi terhadap pendekatan komunikatif akan
tetapi merupakan hasil dari temuan penelitian yang menyatakan bahwa rangkaian
pembelajaran yang mengandung keempat untaian ini memberikan hasil yang lebih
baik daripada yang tidak menggunakan untaian (Long, 1988; Ellis, 1990). Bagi
sebagian besar pelajar bahasa kedua, instruksi bahasa yang berfokus pada
kosakata merupakan bagian yang sangat penting bagi pembelajaran bahasa.
Tujuan artikel ini
adalah untuk menunjukan bagaimana komponen kosakata pembelajaran bahasa sesuai
dengan empat untaian tersebut. Asumsinya adalah bahwa pertumbuhan kosakata
merupakan bagian penting perolehan bahasa yang layak untuk direncanakan,
dikontrol dan dimonitor dengan bebas.
Ada teori dan penelitian yang terus berkembang yang dapat kita gunakan untuk
melakukan hal ini.
INPUT YANG BERFOKUS PADA
KOSAKATA DAN MAKNA
Membaca sudah lama dipandang sebagai sumber utama pertumbuhan kosakata.
Penelitian mengindikasikan bahwa, untuk beberapa alasan, ada kerapuhan dalam
jenis pembelajaran ini. Pertama,
penelitian terhadap penutur asli bahasa inggris menunjukkan bahwa hanya terjadi
sedikit pembelajaran sejumlah kosakata
yang terjadi selama membaca sebuah teks (Nagy, Herman, & Anderson, 1985).
Penting untuk menggunakan uji sensitif pengetahuan kosakata untuk menunjukan
setiap pembelajaran yang terjadi. Namun
demikian, mungkin hal tersebut menjadi kumulatif jika ada kesempatan yang
diulang untuk memenuhi pembelajaran kosakata secara parsial lagi. Ini
menunjukkan bahwa akan ada hubungan dekat antara pertumbuhan kosakata dan
jumlah dan keragaman input yang berfokus pada makna.
Penghitungan frekuensi
menunjukkan bahwa ada penurunan frekuensi kemunculan kosakata yang sangat
drastis setelah 2000 sampai 3000 kata frekuensi tinggi yang paling sering
digunakan dalam bahasa. Sebagai contoh,
dalam 1000.000 bahan kata yang
berbeda, 6000 kata-kata di luar yang paling sering digunakan, muncul kurang dari delapan kali. Penurunan
ini bahkan lebih mencolok dalam teks yang merupakan genre yang sama (Sutarsyah,
Nation , & Kennedy, 1994). Satu juta kata kira –kira 3000 halaman teks atau
sepadan dengan sejumlah halaman dari sepuluh sampai limabelas novel. Dengan jelas, di luar kata yang paling sering
digunakan dalam bahasa, input yang
sangat berfokus pada makna, dibutuhkan untuk pertumbuhan kosakata agar
dapat berlanjut pada langkah yang masuk
akal.
Alasan kedua mengapa
pembelajaran kosakata melalui input yang berfokus pada makna rentan adalah karena
hal tersebut sangat bergantung pada kualitas kontrol pelajar terhadap keahlian
membaca. Chall (1987) berargumen bahwa untuk bagi penutur asli ada sedikit
pertumbuhan kosakata melaui membaca selagi pelajar meraih kontrol keahlian
membaca. Bagi penutur asli bahasa inggris, hal ini membutuhkan waktu beberapa
tahun. Ketika keahlian ini berkembang, membaca dapat menjadi sarana utama untuk
pertumbuhan kosakata. Pembicara yang
bukan penutur asli berada pada situasi yang berbeda, tapi dengan hasil yang
sama. Pelajar dewasa bahasa lain boleh jadi sudah menjadi pembaca yang fasih
bahasa pertama mereka. Satu rintangan utama dalam membaca bahasa kedua adalah ukuran
kosakata.
Untuk alasan inilah,
Michael West dan lainnya melihat
pentingnya menyediakan serangkaian tingkatan pembaca dengan kontrol
kosakata yang hati-hati. Hal ini akan membiarkan pelajar bahasa kedua untuk
mengambil keahlian membaca dalam bahasa pertama mereka dan memperluas kosakata
bahasa kedua mereka. Hal ini merupakan sumber daya yang sangat penting bagi
pelajar dan bagian vital pembelajaran bahasa. Penggunaan efektif pertumbuhan
kosakata mereka, bagaimanapun, bergantung pada keahlian membaca.
Alasan ketiga mengapa
pembelajaran kosakata melalui input yang berfokus pada makna rentan adalah
bahwa jenis bacaan yang dilakukan akan sangat mempengaruhi pembelajaran
kosakata. Jika pelajar membaca bidang yang familiar dimana mereka membawa
banyak pengetahuan latar belakang yang relefan dengan bacaan mereka, mereka
akan dengan sangat mudah berhadapan dengan kata-kata yang tidak diketahui dalam
konteks, tapi mungkin mereka tidak mempelajarinya. Jika mereka membaca bidang
yang tidak familiar, ada kesempatan yang lebih besar untuk mempelajari kosakata
baru karena mereka harus memberikan perhatian pada bahasa teks tersebut untuk
mendapatkan maknanya.
Penelitian di area
lain input yang berfokus pada makna, mendukung nilai memberikan perhatian
kepada bahasa sebagai sebuah sistem dan bukan hanya sebagai pesan. Penelitian Elley (1989) mengenai pembelajaran
kosakata melalui mendengarkan cerita menunjukan bahwa jika guru dengan jelas
menyela cerita untuk memberikan komentar terhadap makna kata, atau untuk menulisnya
di papan tulis, pembelajaran item ini
meningkat dengan signifikan. Ini menunjukan bahwa menarik perhatian terhadap
item bahasa sebagai bagian dari sistem bahasa (instruksi yang berfokus pada
bahasa) membuat pembelajaran lebih pasti. Hanya mengandalkan input yang
berfokus pada makna saja akan meninggalkan banyak kesempatan.
Ujian terhadap
kerentanan pembelajaran bahasa melalui input yang berfokus pada makna tidak
dimaksudkan untuk menunjukan bahwa pembelajaran seperti itu tidak
bermanfaat. Pembelajaran kosakata
melalui membaca dan mendengarkan
merupakan untaian penting pembelajaran bahasa. Latihan terbaik untuk
pengajaran dan pembelajaran bahasa harus diarahkan untuk mengurangi kerentanan
ini dengan memberikan sejumlah besar input tingkatan yang cocok, dengan
menyediakan nya di serangkaian bentangan genre dan topik, dan dengan
menyediakan aktifitas yang berfokus pada bahasa untuk mendukungnya. Ini akan
memastikan bahwa kondisi pembentukan pembelajaran akan terjadi.
OUTPUT YANG BERFOKUS PADA
KOSAKATA DAN MAKNA
Mungkin agak aneh untuk menyaksikan fokus makna berbicara dan menulis
sebagai cara untuk memperluas kosakata pelajar, tapi hasil temuan penelitian
terbaru yang paling menarik pada pembelajaran kosakata menunjukan bagaimana
produksi lisan item kosakata membantu pembelajaran dan bagaimana guru dan
perancang materi pelajaran dapat mempengaruhi produksi lisan ini. Penelitian
ini dilaporkan oleh Newton (1995), Joe (1995) dan Joe, Nation, dan Newton
(1996). Temuan utama penelitian ini terhadap kegiatan komunikatif lisan adalah
sebagai berikut:
·
Input
tertulis terhadap tugas komunikatif memiliki efek utama terhadap kosakata apa
yang digunakan dan dinegosiasikan selama tugas tersebut. Newton (1995)
menemukan bahwa semua kosakata yang dinegosiasikan dalam peingkat dan tugas
pemecahan masalah yang dia teliti berada dalam bentuk sembara tugas tertulis
yang diberikan kepada pelajar. Joe (1995) menemukan bahwa dalam tugas
menceritakan kembali, kosakata dari teks yang ditulis dihasilkan selama proses
penceritaan kembali bahkan ketika teks tertulis tidak dapat dikonsultasikan dan
beberapa item kosakata belum diketahui sebelumnya.
·
Negosiasi
makna dari kosakata yang tidak diketahui berarti bahwa kata memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk dipelajari. Namun demikian, karena lebih banyak kosakata
yang tidak diketahui sebelumnya digunakan dan tidak dinegosiasikan, secara
kuantitatif lebih banyak kosakata dipelajari dengan digunakan secara produktif
atau reseptif.
·
Kualitas
pembelajaran tergantung pada kualitas penggunaan kosakata yang tidak diketahui
sebelumnya selama tugas komunikatif (Joe, 1995). Lebih banyak kosakata
dipelajari atau digunakan di konteks yang berbeda dengan kemunculannya di input
tertulis, semakin baik kosakata itu dipelajari.
·
Pelajar mampu
memberikan informasi bermanfaat kepada sesama terhadap kosakata dalam tugas
komunikatif khusus; yaitu, jika seseorang dalam satu kelompok tidak mengetahui
kata tertentu, ada kemungkinan orang lain dari kelompok yang mengetahui sesuatu yang berguna mengenai
nya dan yang dapat mengkomunikasikan informasi ini dengan efektif.
·
Pelajar yang
secara aktif menegosiasikan makna kata-kata yang tidak diketahui tidak terlihat
belajar lebih dari pelajar yang mengamati negosiasi tersebut.
·
Hanya
sejumlah kecil negosiasi dalam tugas komunikasi (sekitar 6% dalam penelitian
Newton) adalah negosiasi makna kata. Jenis negosiasi yang lain meliputi
negosiasi prosedur, negosiasi pemahaman, negosiasi salah dengar, dan lain
sebagainya.
·
Penelitian
pada pembelajaran dari negosiasi perlu teliti mengenai pembedaan apa yang
dinegosiasikan.
Manfaat temuan ini
dalam pembelajaran kosakata ialah dengan merancang secara teliti dan memonitor
penggunaaan lembar handout untuk tugas berbicara , guru dapat memiliki pengaruh
utama dalam menentukan kosakata apa yang dapat dipelajari dari tugas tersebut,
dan seberapa baik kosakata tersebut dipelajari.
Tidak ada penelitian
bagaimana tugas yang melibatkan produksi tulisan dapat menghasilkan
pembelajaran kosakata. Tidaklah sulit untuk membuktikan bahwa menulis membutuhkan
perpaduan informasi dari beberapa sumber yang berhubungan dapat memberikan
kondisi yang sangat menguntungkan dari input dan memperkuat pembelajaran ini
melalui penggunaan generatif output tertulis.
MENGEMBANGKAN KEFASIHAN
DENGAN KOSAKATA
Di sini,
“kefasihan” berarti mempergunakan
sebaik-baiknya apa yang anda sudah ketahui, dan tugas pengembangan kefasihan
memiliki karakteristik tidak melibatkan item bahasa baru, berhadapan dengan isi
familiar yang luas dan jenis wacana, termasuk beberapa jenis persiapan atau
pengulangan sehingga kecepatan dan kelancaran cara berpidato dapat meningkat,
dan melibatkan dorongan untuk melakukan pada tingkat penggunaan yang lebih
cepat dari normal. Tugas kefasihan secara khas merupakan tugas yang berfokus
pada makna.
Yang mengejutkan,
meskipun sudah diketahui peranannya dalam memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan kosakata, pengembangan kefasihan masih merupakan area luas yang
belum dieksplorasi.
Ada beberapa item
kosakata yang perlu dipelajari menuju
kefasihan tingkat tinggi secepat mungkin. Hal ini meliputi angka, formula
kesopanan, item untuk mengontrol penggunaan bahasa (contoh, meminta seseorang
untuk mengulang, berbicara lebih lambat dan lain sebagainya), waktu dan periode
waktu dan jumlah. Sebagai tambahan untuk hal ini, penting untuk mempelajari kosa kata frekuensi tinggi
menuju tingkat kefasihan yang layak sehingga dapat diakses kapanpun dibutuhkan.
Kondisi pembelajaran
berikut menyokong pengembangan kefasihan:
·
Tuntutan
tugas sebagian besar berada dalam pengalaman pelajar; yaitu, pelajar bekerja
dengan item bahasa yang dikenal, ide yang familiar, dan tugas yang familiar.
Aktifitas kefasihan tidak seharusnya melibatkan kosakata yang tidak familiar.
·
Fokus pelajar
pada pesan
·
Pelajar
didorong untuk meraih tingkat hasil yang lebih tinggi dari biasanya, melalui
penggunaan pengulangan, tekanan waktu, dan perencanaan dan persiapan.
Pengulangan dan fokus pada pesan dapat saling membantu- semakin sering
sesuatu diulang, semakin kecil kemungkinan hal itu akan terus dilihat sebagai
aktifitas yang berfokus pada pesan. Solusi
metodologi pengajaran terhadap masalah ini adalah untuk menyeimbangkan
kekurangan yang diberikan oleh pengulangan
terhadap tantangan yang diberikan oleh materi baru yang serupa,
mengurangi waktu, pendengar baru, dan kompleksitas yang meningkat. Pada
awalnya, pendiktean angka, percakapan yang dipersiapkan, wawancara, dan angket
adalah yang paling cocok. Aktifitas selanjutnya dapat berupa tugas menceritakan
kembali.
KOSAKATA DAN INSTRUKSI
YAN G BERFOKUS PADA BAHASA
Instruksi yang berfokus pada bahasa muncul ketika pelajar mengarahkan
perhatian mereka kepada item bahasa bukan untuk menghasilkan atau memahami
pesan tertentu, tapi untuk memperoleh pengetahuan mengenai item sebagai bagian
dari sistem bahasa. Instruksi yang berfokus pada bahasa meliputi fokus pada
pelafalan dan pengejaan kata; secara bebas mempelajari makna sebuah kata;
mengingat kolokasi, frase dan kalimat yang berisi kata; dan dikoreksi atas
penggunaan kata yang tidak tepat.
Negosiasi kosakata
juga merupakan jenis instruksi yang berfokus pada bahasa jika melibatkan pembahasan pengajaan atau pelafalan kata,
atau memberikan penjelasan maknanya.
Instruksi yang
berfokus pada bahasa dapat mempengaruhi pengetahuan implisit bahasa melalui beberapa
cara. Jika mengetahui kata tidak bergantung pada serangkaian pengembangan pengetahuan, maka
instruksi yang berfokus pada bahasa pada tiap kata dapat ditambahkan secara
langsung kepada pengetahuan implisit dan eksplisit. Beberapa konsep – sebagai contohnya,
hubungan keluarga – mungkin diperoleh
secara developmental, dan instruksi yang berfokus pada bahasa tidak memiliki
pengaruh jika pelajar tidak pada tahapan
layak untuk pengembangan konseptual. Tidak diketahui kondisi pembelajaran apalagi yang berlaku
untuk instruksi yang berfokus pada bahasa terhadap kosakata agar dapat
berpengaruh langsung terhadap pengetahuan implisit, tetapi kemungkinan besar
hanya beberapa item kosakata yang dipelajari yang tidak dipengaruhi serangkaian
pengembangan yang memasuki secara langsung pengetahuan implisit.
Efek kedua instruksi
yang berfokus pada bahasa adalah bahwa hal itu dapat meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan pelajar terhadap item khusus
sehingga mereka menjadi lebih perhatian ketika item tersebut muncul pada input
yang berfokus pada makna. Rantai sebab akibatnya adalah (1) instruksi yang
berfokus pada bahasa, (2) pengetahuan eksplisit tentang kata, (3) peningkatan
kewaspadaan terhadap kata, (4) memperhatikan kata dalam input yang berfokus
pada makna, dan (5) pengetahuan implisit tentang kata. Kualitas instruksi yang
berfokus pada bahasa akan menentukan seberapa siap satu kata diulas dan aspek
kata apa yang diulas.
Efek ketiga dari
instruksi yang berfokus pada bahasa adalah secara tidak langsung dengan cara
yang sama: (1) instruksi yang berfokus pada bahasa, (2) pengetahuan eksplisit,
(3) output yang dibangun dari pengetahuan eksplisit (yaitu, kata yang digunakan
dalam kalimat yang dibentuk secara sadar), (4) output yang berlaku sebai input
yang berfokus pada makna terhadap pelajar yang sama, dan (5) pengetahuan
implisit kata.
Keuntungan apa yang
kemungkinan diberikan instruksi kosakata yang berfokus pada bahasa? Berikut
adalah daftar yang diperingkat mengenai susunan letak pentingnya. Masing-masing
dibandingkan dengan kemungkinan efeknya terhadap pengetahuan implisit.
MENEBAK KATA TAK DIKENAL
DARI KONTEKS
Meskipun ini terlihat
sebagai aktifitas yang berfokus kepada makna, setidaknya di tahapan awal
pengembangan keahlian menebak, hal tersebut melibatkan pelajar secara sadar
fokus pada kata tak dikenal, menyela bacaan normal mereka, dan secara
sistematis menarik petunjuk yang tersedia untuk menyelesaikan mana kata yang
tak dikenal.
Menebak dari konteks
fokus pada acuan tertentu sebuah kata
sebagaimana yang ditentukan oleh konteks daripada oleh makna yang mendasarinya.
Kemungkinan besar pengetahuan ini akan secara langsung memasuki memori implisit
seperti ketika hal itu tidak sebegitu rumit dibanding dengan konsep kata.
Menebuk juga berfungsi meningkatkan kesadaran terhadap kata.
Ada beragam efek
prosedur penebakan. Efek utamanya adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri
pelajar dalam menebak dari konteks, untuk membuat mereka sensitif terhadap
jajaran petunjuk yang tersedia, dan membantu mereka menghindari strategi –
seperti fokus terlalu cepat pada bentuk kata – yang akan mengurangi kesempatan
mereka dalam menebak kata secara akurat.
MEMPELAJARI MAKNA KATA
TAK DIKENAL
Ada asumsi dikebanyakan yang ditulis
mengenai pembelajaran kosakata bahwa pembelajaran kosakata harus berada dalam
konteks. Asumsi ini tidak didukung oleh penelitian dan apa yang dilakukan oleh
pelajar sukses. Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa
·
Pembelajaran
dekontekstual kosakata eksplisit merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
uuran kosakata pelajar dengan cepat.
·
Pembelajaran
yang diperoleh melalui cara ini dapat berlangsung sangat lama.
·
Pengetahuan
ini dapat diberikan oleh penggunaan bahasa yang berfokus pada makna.
·
Ada cara yang
dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran yang berfokus pada bahasa dan pelajar
diuntungkan karena mampu menggunakannya. Cara ini meliputi penggunaan teknik
mnemonic, penggunaan kartu kosakata yang mendorong perolehan kembali, jarak dan
pengorganisasian pembelajaran, dan menghidarai dengan hati-hati interferensi
antar item.
Pembelajaran kosakata dengan sengaja akan berkontribusi langsung terhadap
pengetahuan implisit kalau kata-kata yang dipelajari tidak rumit dan kalau pembelajarannya
bermakna. Pada akhirnya, hasil dari pembelajaran yang disengaja akan siap
tersedia untuk penggunaan yang berfokus pada bahasa., yang kemudian akan
berkontribusi secara tidak langsung pada pengetahuan implisit melalui produksi
atau melalui pembuatan input yang berfokus pada makna. Penelitaian mengenai
efek pembelajaran kosakata secara sengaja
terhadap penggunaan yang berfokus pada makna masih jarang.
STUDI MENGENAI BAGIAN
KATA DAN ALAT MNEMONIC
Sebagian besar kata-kata dalam bahasa inggris berasal dari Perancis, Latin,
atau Yunani dan myoritas kata ini memiliki bagian kata, khususnya awalan dan
akhiran, yang muncul di banyak kata. Pengetahuan mengenai bagian kata ini dapat
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran banyak kata melalui menghubungkan
bentuk kata tak dikenal dan makna untuk mengetahui bagian kata. Hal ini serupa
dengan efek pada alat mnemonic dalam pembelajaran kosakata, yang hasil terbaik
penelitiannya adalah dengan teknik kata kunci.
Efek pembelajaran
seperti itu mungkin untuk ditambahkan ke pengetahuan eksplisit. Hal ini akan
berkontribusi terhadap pengetahuan implisit secara reseptif karena merupakan
bentuk peningkatan kesadaran yang sangat kuat, dan produktif melalui produksi
bebas output yang berfokus pada makna.
Kompenen pembelajaran
kosakata yang diajarkan dengan baik tidak akan dapat dibedakan secara luas dari
bagian program bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Perbedaan
utamanya adalah pada pembalajaran yang berfokus pada bahasa dan pada
perencanaan dan manipulasi bebas input terhadap mendengarkan, berbicara,
membaca dan aktifitas menulis untuk memberikan kondisi optimal untuk
pertumbuhan kosakata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar